PENDAHULUAN
Dalam kehidupan
bermasyarakat tentu tidak dapat dipisahka dari interaksi social yaitu ; suatu
hubungan timbale balik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kellompok. Dalam hubungan tersebut tekadang
terdapat kekurangpahaman antarasatu sama lain baik dari individu maupun
kelompok. Sehingga muncul persepsi masing-masing yang ahirnya akan menimbulkan
prasangka masing-masing.
Berbagai teori-teori tentang prasangka telah
dikemukakan oleh para ahli. Adanya prasangka antara satu sama lain pihak
Sangatlah menghawatirkan, karena prasangka cenderung mengarah pada tindakan
yang negatif seperti tindakan-tidakan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak yang berprasangka kepada pihak yang diprasangkai
tersebut. Adanya prasangka akan cenderung membawa dampak negative terhadap
perkembangan kehidupan dalam masyarakat, untuk itu sangat dibutuhkan cara-cara
yang efektif agar prasangka dapat diatasi. Sehingga perkembangan kemajuan dalam
segenap lapisan dalam masyarakat tidak terhambat adanya prasangka-prasangka yang ada.
Karena pentingnya pemahaman tentang prasangka,
maka dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan materi-materi penting tentang prasangka yang
telah kami rangkum sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian prasangka
Prasangka merupakan
evaluasi kelompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada keanggotaan dimana
seorang tersebut menjadi anggotanya, prasangka merupakan evaluasi negative
terhadap outgroup.[1]Prasangka
sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu,
golongan , ras, atau kebudayaan yang berlainan dengan golongan orang yang
berprasangka itu. Prasangka sosial yang terdiri dari attitude-attitude social yang negative terhadap golongan lain,
dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi.
Awal mulanya prasangka
hanya berupa sikap-sikap perasaan negative tetapi lambat laun akan dinyatakan
dalam bentuk tindakan yang diskriminatif terhadap orang yang diprasangkai itu
tanpa alasan yang objektif pada orang yang dikenai tindakan-tindakan yang
diskriminatif.[2]
Contohnya seperti di
Amerika Serikat, di sana terdapat prasangka social terhadap golongan Negro atau
golongan kulit hitam terutama di Amerika bagian selatan[3].
Dari prasangka social tersebut keduanya sama-sama melahirkan tindakan-tindakan
diskriminatif terhadap masing-masing pihak yang diprasangkai. Bahwasanya
tindakan-tindakan diskriminatif yang berdasarkan prasangka social akan
merugikan masyarakat Negara itu sendiri,
Sebab perkembangan potensi-potensi
manusia masyarakat tersebut akan sangat diperhambat.
B. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan prasangka:
1.
Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam
Dalam
berusaha , seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan, dan penyebab dari
kegagalan itu tidak dicari pada dirinya sendiri tetapi pada orang lain. Orang
lain inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalannya[4].
2.
Orang berprasangka, karena memang ia sudah
dipersiapkan didalam lingkungannya atau kelompoknya untuk berprasangka.
Misalkan: seorang anak Amerika (kulit putih) dilahirkan didalam keluarga kulit
putih. Didalam keluarga itu sudah dianut atau ditegakkan suatu norma tertentu
yaitu bahwa orang Negro itu pemalas, bodoh, tidak tau kesusilaan dan kotor.
Anggapan semacam ini sudah tertanam
pada diri anak sejak kecil, sehingga anak akan mengikuti pula anggapan semacam
ini. Berdasarkan ini maka tidak mustahil bila terjadi seorang anak kulit putih
telah berprasangka terhadap orang Negro, meskipun anak tersebut belum pernah
bergaul dengan orang Negro. Hal semacam itu tentu saja merugikan perkembangan
anak
3.
Prasangka timbul karena adanya perbedaan, perbedaan
disini bisa meliputi :
a. perbedaan fisik
b. Perbedaan lingkungan
c. Perbedaan kekayaan
d. Perbedaan status sosial
e. Perbedaan kepercayaan
Dan masih banyak lagi
perbedaan-perbedaan lainnya.
4.
Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya: bangsa yang dijajah dengan bangsa
penjajah. Kesan dari bangsa yang dijajah adalah bahwa penjajah itu kejam,
mengharuskan kerja paksa, merampas kebebasan dan sebagainya. Dengan kesan atau
pengalaman semacam ini terjajah akan
berprasangka terhadap penjajah.
5.
Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah
menjadi pendapat umum atau kebiasaan didalam lingkungan tertentu. Misalnya,
orang slalu berprasangka terhadap status ibu tiri atau anak tiri.
C. Teori-teori tentang prasangka
1. Teori belajar sosial
Teori belajar sosial
merupakan salah satu teori dalam belajar, teori ini dikemukakan oleh bandura
yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi melalui model atau contoh. Prasangka
seperti halnya sikap, merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar.[5]
Attitude-attitude yang
dimiliki manusia tidaklah dibawa sejak ia dilahirkan. Tetapi bermacam attitude
itu dipelajari dan terbentuk pada manusia selama perkembangannya. Awalnya
anak-anak kecil tidak mempunyai attude-attitude, kemudian mereka memperoehnya
untuk yang pertama melalui primary group yaitu orang tua dan keluarganya.
Demikian pula dengan prasangka social, Prasangka social juga tidak dibawa
manusia sejak manusia dilahirkan. Prasangka social juga terbentuk selama
perkembangan manusia, baik dari didikan atau pun dengan cara identifikasi
dengan orang lain yang sudah berprasangka.[6]
Teori ini juga
mengemukakan bahwa anak mempelajari sikap negatif terhadap suatu kelompok
kelompok sosial tertentu sering kali karena mereka dikenalkan dengan
pandangan-pandangan semacam itu oleh lingkungannya. Orang tua, guru, saudara dan media masa sangat
berpengaruh bagi perkembangan proses belajar sosial seorang anak dalam
pembentukan prasangka.[7]
Teori belajar social
memandang prasangka sebagai sesuatu yang
dipelajari dengan cara yang sama,
seperti bila orang mempelajari
nilai-nilai social yang lain; prasangka disebarluaskan dari orang yang
satu ke orang yang lain sebagai bagian
dari sejumlah norma. Prasangka merupakan
norma dalam budaya atau sub budaya seseorang. Prasangka diperoleh seorang anak
melalui sosialisasi. Anak mempelajari sikap berprasangka untuk dapat diterima
oleh orang lain. Terakhir, penyebar
luasan dan pengungkapan prasangka yang
terus-menerus akan memperkuat peranannya sebagai norma budaya ( Ashmore & Delboca,
1980)[8]
2. Teori Motivasional
Teori ini memandang
prasangka sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan individu atau elompok
untuk mencapai kesejahteraan (satisfy). Teori ini mencakup beberapa
teori yaitu;
a. Pendekatan psikodinamika
Teori ini menganalisis
prasangka sebagai suatu usaha untuk mengatasi tekanan motivasi yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan. Jadi teori ini menekankan pada dinamika dari pribadi individu
yang bersangkutan (specific individual personality).[9]
b. Konflik Kelompok Realitas (Realistic group
conflict)
Konflik kelompok
realitas. Teoeri ini menyatakan bahwa dua kelompok bersaing merebutkan kelompok
yang langka, mereka akan saling mengancam, dan akhirnya menimbulkan permusuhan
diantara mereka sehingga menciptakan nilai negative yang bersifat timbal balik.[10]
Konflik antar kelompok
akan terjadi apabila kelompok-kelompok tersebut dalam keadaan berkompetisi. Ini
menyebabkan adanya permusuhan antara
kedua kelompok tersebut yang kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka
satu dengan yang lain, saling memberikan evalauasi yang negatif. Dengan
demikian, prasangka tidak dapat dihindarkan sebagai akibat adanya konflik yang
nyata antara kelompok yang satu dengan yang lain.[11]
c. Kekurangan Relatif (relative deprivation)
Teori ini berkaitan dengan ketidakpuasan yang
tidak hanya timbul dari kekurangan objektif , tetapi juga dari perasaan kurang
secara subjektif yang relative lebih besar dibandingkan orang lain atau
kelompok lain.[12]
Dalam konflik kelompok
yang nyata, prasangka timbul sebagai respons terhadap frustasi yang riil dalam
kehidupan antara kelompok satu dengan yang lain. Tetapi kadang-kadang orang
mempersepsi diri sendiri atau mereka mengalami kerugian secara relatif terhadap
pihak lain, walaupun dalam kenyataanya tidak demikian. Persepsi ini dapat
membawa permusuhan antara kelompok yang satu dengan yang lain, dan sebagai
akibatnya yaitu dapat menimbulkan prasangka.
D. Usaha
mengurangi prasangka sosial
Usah-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan
itu kiranya jelas harus di mulai pada didikan anak-anak di rumah dan di sekolah
oleh orang tua dan gurunya.[13]
jelasnya bahwa orasangka sosial itu sebenarnya adalah karena salah sangka, miss
informasi, miss interprestasi. Oleh karena itu usah untuk mengurangi atau
menghilangkan prasangka tetap di jalankan , di kembangkan dan di usahakan
perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini di bedakan atas atas dua usaha .
1. Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang
atau kelompok terkena prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang
tentram, damai, jauh dari rasa permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada
dalam bergaul dengan sessama manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan
berarti pertentangan , memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul
prasangka. Usaha ini sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru
terhadap anak didiknya, masyarkat, media dan sebagainya.
2. Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah
terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal
yang selalu merugikan tidak ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan
bersama , justru adanya prasangka itu pihak luar/pihak ketiga melahan dapat
menarik kuntungan dengan jalan memperalat atau menimbulkan suasana panas dan
kacau dari golongan yang diprasangkai demi keuntungan pihak ketiga.
E. Prasangka,
Propaganda, Desas-desus dan Stereotip.
Prasangka
PrasangkaBerasal dari kata
pra = sebelum; sangka = dugaan, pendapat yang didasarkan atas perasaan
hati, syak, kesangsian, keraguan.
Prasangka : anggapan dan
pendapat yang kurang menyenangkan atau penilaian negatif yang tidak rasional,
yang ditujukan pada individu atau suatu kelompok tertentu (yang menjadi objek
prasangka), sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki objek-objek prasangka tersebut.
Prasangka juga dapat
dikatakan sebagai attitude-attitude sosial negatif, yang ditujukan pada
individu atau golongan lain dan hal ini mempengaruhi tingkah laku golongan
individu yang berprasangka tersebut.
Prasangka mulanya hanya
merupakan sikap-sikap negatif, tapi lama kelamaan akan memunculkan
tindakan-tindakan yang menghambat, merugikan bahkan mengancam kehidupan pribadi
golongan tertentu’
Propaganda
Propaganda adalah alat meyakinkan seseorang terhadap
suatu pandangan/citacita seseorang. Bermacam-macam propaganda antara lain:
- Progresif, yaitu mengganti ideologi lama dengan ideologi baru.
- Reaksioner, yaitu mencegah perkembangan sosial dan timbulnya ideologi baru.
- Konservatif, yaitu memepertahankan ideologi.
Desas-desus
Desas –desus adalah
suatu gejala sosial psikologis yang menarik perhatian bagi ahli psikologi,
karena : 1. desas – desus itu terjadi dimana saja, didalam tiap – tiap
masyarakat 2. desas – desus mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat,
dan orang dalam masyarakat.
jadi, desas – desus adalah pemberitahuan lisan/tulisan
dari orang perorang pada orang lain. Macam-macamnya bisa desas-desus yang
merembes, berkoar, dan bertahan.
Stereotip
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu
seseorang terhadap individu/kelompok yang diprasangkai.
Menurut
Johnson & Johnson stereotipe
dilestarikan dan di kukuhkan
dalam empat cara,:
1. Stereotipe mempengaruhi apa yang kita rasakan dan
kita ingat berkenaan dengan tin-dakan orang-orang dari kelompok lain.
2. Stereotipe membentuk penyederhanaan gambaran secara
berlebihan pada anggota kelompok lain. Individu cenderung untuk begitu saja
menyamakan perilaku individu-individu kelompok lain sebagi tipikal sama.
3. Stereotipe dapat menimbulkan pengkambing hitaman.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan materi
di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa prasangka mrupakan hasil evaluasi
seseorang atau keompok terhadap seseorang atau kelompok. Adanya prasangka
social lebih berdampak kearah negatif seperti tindakan-tindakan diskriminasi y
ang jelas-jelas merugikan salah satu pihak. Ada beberapa teori tentang
prasangka yang telah dikemukakan, diantaranya yaitu;
1.
Teori belajar social
2.
Teori Motivasional atau Decision Making Theory
3.
Teori Kognitif
Untuk megatasi adanya
prasangka maka usaha yang bias digunakan ada dua cara sehingga prasangka
bias berkurang bahkan menghilangkan
prasangka sosial, caranya yaitu; Dengan cara mengadakan direct intergroup
contact dan mengadakan
cooperative interdependence
Adapun ciri-ciri
pribadi berprasangka atau mempertahankan prasangka dalam dirinya, di antaranya
yaitu; tidak toeransi, kurang mengenal aka dirinnya sendiri,
kurang berdaya cipta, merasa tidak aman, memupuk khayalan-khayalan
yang agresif[14][14]
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah
yang telah kami susun. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca sekalian. Kami sadar bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam makalah kami, baik dari penulisan maupun materi yang kami
sampaikan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian sangat kami harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, Psikologi Sosial,
(Yogyakarta, Cv. Andi Ofset, 2003)
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial,
(Bandung, Refika Aditama, 2002)
Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, {jakarta,
Rineka Cipta, 2002)
Fattah
Hanurawan, Psikologi Sosial suatu pengantar, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010)
David
O. Sears. Dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta, Erlangga, 1994)
[1]
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta, Cv. Andi Ofset, 2003), Hal.
95
[2]W.A.
Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung, Refika Aditama, 2002), Hal. 166
[3]Abu
Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, {jakarta, Rineka Cipta, 2002), hal. 209
[4]Ibid
[5]Bimo
Walgito,Op. Cit, Hal. 96
[7]Fattah
Hanurawan, Psikologi Sosial suatu pengantar, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010), Hal.76
[8]David
O. Sears. Dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta, Erlangga, 1994), Hal. 158
[10][8]
David. O. Sears, Op, Cit. Hal. 155
[11][9]
Bimo walgito, Op. Cit, Hal.
[12][10]
David. O. Sears, Op. Cit, Hal. 156
[13]Abu
Ahmadi dkk, Op-cit, hal. 215
[14]W.A.
Gerungan, Op. Cit, Hal. 176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar