Rabu, 09 April 2014

PRASANGKA SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak dapat dipisahka dari interaksi social yaitu ; suatu hubungan timbale balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kellompok. Dalam hubungan tersebut tekadang terdapat kekurangpahaman antarasatu sama lain baik dari individu maupun kelompok. Sehingga muncul persepsi masing-masing yang ahirnya akan menimbulkan prasangka masing-masing.
 Berbagai teori-teori tentang prasangka telah dikemukakan oleh para ahli. Adanya prasangka antara satu sama lain pihak Sangatlah menghawatirkan, karena prasangka cenderung mengarah pada tindakan yang negatif seperti tindakan-tidakan diskriminasi  yang dilakukan oleh pihak yang  berprasangka kepada pihak yang diprasangkai tersebut. Adanya prasangka akan cenderung membawa dampak negative terhadap perkembangan kehidupan dalam masyarakat, untuk itu sangat dibutuhkan cara-cara yang efektif agar prasangka dapat diatasi. Sehingga perkembangan kemajuan dalam segenap lapisan dalam masyarakat tidak terhambat  adanya prasangka-prasangka yang ada.
 Karena pentingnya pemahaman tentang prasangka, maka dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan  materi-materi penting tentang prasangka yang telah kami rangkum sebagai berikut.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian prasangka
Prasangka merupakan evaluasi kelompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada keanggotaan dimana seorang tersebut menjadi anggotanya, prasangka merupakan evaluasi negative terhadap  outgroup.[1]Prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan , ras, atau kebudayaan yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial yang terdiri dari attitude-attitude  social yang negative terhadap golongan lain, dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi.
Awal mulanya prasangka hanya berupa sikap-sikap perasaan negative tetapi lambat laun akan dinyatakan dalam bentuk tindakan yang diskriminatif terhadap orang yang diprasangkai itu tanpa alasan yang objektif pada orang yang dikenai tindakan-tindakan yang diskriminatif.[2]
Contohnya seperti di Amerika Serikat, di sana terdapat prasangka social terhadap golongan Negro atau golongan kulit hitam terutama di Amerika bagian selatan[3]. Dari prasangka social tersebut keduanya sama-sama melahirkan tindakan-tindakan diskriminatif terhadap masing-masing pihak yang diprasangkai. Bahwasanya tindakan-tindakan diskriminatif yang berdasarkan prasangka social akan merugikan masyarakat  Negara itu sendiri, Sebab perkembangan  potensi-potensi manusia masyarakat tersebut akan sangat diperhambat.

B.     Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka
Ada beberapa faktor  yang menyebabkan prasangka:
1.      Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam
Dalam berusaha , seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan, dan penyebab dari kegagalan itu tidak dicari pada dirinya sendiri tetapi pada orang lain. Orang lain inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalannya[4].
2.      Orang berprasangka, karena memang ia sudah dipersiapkan didalam lingkungannya atau kelompoknya untuk berprasangka. Misalkan: seorang anak Amerika (kulit putih) dilahirkan didalam keluarga kulit putih. Didalam keluarga itu sudah dianut atau ditegakkan suatu norma tertentu yaitu bahwa orang Negro itu pemalas, bodoh, tidak tau kesusilaan dan kotor.
Anggapan  semacam ini sudah tertanam pada diri anak sejak kecil, sehingga anak akan mengikuti pula anggapan semacam ini. Berdasarkan ini maka tidak mustahil bila terjadi seorang anak kulit putih telah berprasangka terhadap orang Negro, meskipun anak tersebut belum pernah bergaul dengan orang Negro. Hal semacam itu tentu saja merugikan perkembangan anak
3.      Prasangka timbul karena adanya perbedaan, perbedaan disini bisa meliputi :
a. perbedaan fisik
b. Perbedaan lingkungan
c. Perbedaan kekayaan
d. Perbedaan status sosial
e. Perbedaan kepercayaan
Dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan lainnya.
4.      Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya: bangsa yang dijajah dengan bangsa penjajah. Kesan dari bangsa yang dijajah adalah bahwa penjajah itu kejam, mengharuskan kerja paksa, merampas kebebasan dan sebagainya. Dengan kesan atau pengalaman semacam  ini terjajah akan berprasangka terhadap penjajah.
5.      Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan didalam lingkungan tertentu. Misalnya, orang slalu berprasangka terhadap status ibu tiri atau anak tiri.
C.    Teori-teori tentang prasangka
1. Teori belajar sosial
Teori belajar sosial merupakan salah satu teori dalam belajar, teori ini dikemukakan oleh bandura yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi melalui model atau contoh. Prasangka seperti halnya sikap, merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar.[5]
Attitude-attitude yang dimiliki manusia tidaklah dibawa sejak ia dilahirkan. Tetapi bermacam attitude itu dipelajari dan terbentuk pada manusia selama perkembangannya. Awalnya anak-anak kecil tidak mempunyai attude-attitude, kemudian mereka memperoehnya untuk yang pertama melalui primary group yaitu orang tua dan keluarganya. Demikian pula dengan prasangka social, Prasangka social juga tidak dibawa manusia sejak manusia dilahirkan. Prasangka social juga terbentuk selama perkembangan manusia, baik dari didikan atau pun dengan cara identifikasi dengan orang lain yang sudah berprasangka.[6]
Teori ini juga mengemukakan bahwa anak mempelajari sikap negatif terhadap suatu kelompok kelompok sosial tertentu sering kali karena mereka dikenalkan dengan pandangan-pandangan semacam itu oleh lingkungannya. Orang  tua, guru, saudara dan media masa sangat berpengaruh bagi perkembangan proses belajar sosial seorang anak dalam pembentukan prasangka.[7]
Teori belajar social memandang  prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari dengan cara yang  sama, seperti bila orang mempelajari  nilai-nilai social yang lain; prasangka disebarluaskan dari orang yang satu ke orang yang lain  sebagai bagian dari sejumlah norma.  Prasangka merupakan norma dalam budaya atau sub budaya seseorang. Prasangka diperoleh seorang anak melalui sosialisasi. Anak mempelajari sikap berprasangka untuk dapat diterima oleh orang lain. Terakhir,  penyebar luasan dan pengungkapan prasangka  yang terus-menerus akan memperkuat peranannya sebagai norma budaya ( Ashmore & Delboca, 1980)[8]
2.      Teori Motivasional
Teori ini memandang prasangka sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan individu atau elompok untuk mencapai kesejahteraan (satisfy). Teori ini mencakup beberapa teori yaitu;
a.       Pendekatan psikodinamika
Teori ini menganalisis prasangka sebagai suatu usaha untuk mengatasi tekanan motivasi  yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Jadi teori ini menekankan pada dinamika dari pribadi individu yang bersangkutan (specific individual personality).[9]
b.      Konflik Kelompok Realitas (Realistic group conflict)
Konflik kelompok realitas. Teoeri ini menyatakan bahwa dua kelompok bersaing merebutkan kelompok yang langka, mereka akan saling mengancam, dan akhirnya menimbulkan permusuhan diantara mereka sehingga menciptakan nilai negative yang bersifat timbal balik.[10]
Konflik antar kelompok akan terjadi apabila kelompok-kelompok tersebut dalam keadaan berkompetisi. Ini menyebabkan  adanya permusuhan antara kedua kelompok tersebut yang kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka satu dengan yang lain, saling memberikan evalauasi yang negatif. Dengan demikian, prasangka tidak dapat dihindarkan sebagai akibat adanya konflik yang nyata antara kelompok yang satu dengan yang lain.[11]
c.       Kekurangan Relatif (relative deprivation)
 Teori ini berkaitan dengan ketidakpuasan yang tidak hanya timbul dari kekurangan objektif , tetapi juga dari perasaan kurang secara subjektif yang relative lebih besar dibandingkan orang lain atau kelompok lain.[12]
Dalam konflik kelompok yang nyata, prasangka timbul sebagai respons terhadap frustasi yang riil dalam kehidupan antara kelompok satu dengan yang lain. Tetapi kadang-kadang orang mempersepsi diri sendiri atau mereka mengalami kerugian secara relatif terhadap pihak lain, walaupun dalam kenyataanya tidak demikian. Persepsi ini dapat membawa permusuhan antara kelompok yang satu dengan yang lain, dan sebagai akibatnya yaitu dapat menimbulkan prasangka. 



D.    Usaha mengurangi prasangka sosial
Usah-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan itu kiranya jelas harus di mulai pada didikan anak-anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan gurunya.[13] jelasnya bahwa orasangka sosial itu sebenarnya adalah karena salah sangka, miss informasi, miss interprestasi. Oleh karena itu usah untuk mengurangi atau menghilangkan prasangka tetap di jalankan , di kembangkan dan di usahakan perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini di bedakan atas atas dua usaha .
1.      Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau kelompok terkena prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam bergaul dengan sessama manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan berarti pertentangan , memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul prasangka. Usaha ini sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru terhadap anak didiknya, masyarkat, media dan sebagainya.
2.      Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal yang selalu merugikan tidak ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan bersama , justru adanya prasangka itu pihak luar/pihak ketiga melahan dapat menarik kuntungan dengan jalan memperalat atau menimbulkan suasana panas dan kacau dari golongan yang diprasangkai demi keuntungan pihak ketiga.

E.     Prasangka, Propaganda, Desas-desus dan Stereotip.
Prasangka
PrasangkaBerasal dari kata pra = sebelum; sangka = dugaan, pendapat yang didasarkan atas perasaan hati, syak, kesangsian, keraguan.
Prasangka : anggapan dan pendapat yang kurang menyenangkan atau penilaian negatif yang tidak rasional, yang ditujukan pada individu atau suatu kelompok tertentu (yang menjadi objek prasangka), sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki objek-objek prasangka tersebut.
Prasangka juga dapat dikatakan sebagai attitude-attitude sosial negatif, yang ditujukan pada individu atau golongan lain dan hal ini mempengaruhi tingkah laku golongan individu yang berprasangka tersebut.
Prasangka mulanya hanya merupakan sikap-sikap negatif, tapi lama kelamaan akan memunculkan tindakan-tindakan yang menghambat, merugikan bahkan mengancam kehidupan pribadi golongan tertentu’
Propaganda
Propaganda adalah alat meyakinkan seseorang terhadap suatu pandangan/citacita seseorang. Bermacam-macam propaganda antara lain:
  • Progresif, yaitu mengganti ideologi lama dengan ideologi baru.
  • Reaksioner, yaitu mencegah perkembangan sosial dan timbulnya ideologi baru.
  • Konservatif, yaitu memepertahankan ideologi.
Desas-desus
            Desas –desus adalah suatu gejala sosial psikologis yang menarik perhatian bagi ahli psikologi, karena : 1. desas – desus itu terjadi dimana saja, didalam tiap – tiap masyarakat 2. desas – desus mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat, dan orang dalam masyarakat.
jadi, desas – desus adalah pemberitahuan lisan/tulisan dari orang perorang pada orang lain. Macam-macamnya bisa desas-desus yang merembes, berkoar, dan bertahan.
Stereotip
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu seseorang terhadap individu/kelompok yang diprasangkai.
Menurut Johnson & Johnson stereotipe  dilestarikan dan  di kukuhkan  dalam empat  cara,:
1. Stereotipe mempengaruhi apa yang kita rasakan dan kita ingat berkenaan dengan tin-dakan orang-orang dari kelompok lain.
2. Stereotipe membentuk penyederhanaan gambaran secara berlebihan pada anggota kelompok lain. Individu cenderung untuk begitu saja menyamakan perilaku individu-individu kelompok lain sebagi tipikal sama.
3. Stereotipe dapat menimbulkan pengkambing hitaman.





BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan materi di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa prasangka mrupakan hasil evaluasi seseorang atau keompok terhadap seseorang atau kelompok. Adanya prasangka social lebih berdampak kearah negatif seperti tindakan-tindakan diskriminasi y ang jelas-jelas merugikan salah satu pihak. Ada beberapa teori tentang prasangka yang telah dikemukakan, diantaranya yaitu;
1.       Teori belajar social
2.       Teori Motivasional atau Decision Making Theory
3.       Teori Kognitif
Untuk megatasi adanya prasangka maka usaha yang bias digunakan ada dua cara sehingga prasangka bias  berkurang bahkan menghilangkan prasangka sosial, caranya yaitu; Dengan cara mengadakan direct intergroup contact dan mengadakan cooperative interdependence
Adapun ciri-ciri pribadi berprasangka atau mempertahankan prasangka dalam dirinya, di antaranya yaitu; tidak toeransi, kurang mengenal aka dirinnya sendiri, kurang berdaya cipta, merasa tidak aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif[14][14]

V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Kami sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah kami, baik dari penulisan maupun materi yang kami sampaikan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan guna perbaikan makalah kami selanjutnya. 




DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta, Cv. Andi Ofset, 2003)
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung, Refika Aditama, 2002)
 Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, {jakarta, Rineka Cipta, 2002)
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial suatu pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010)

David O. Sears. Dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta, Erlangga, 1994)



[1] Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta, Cv. Andi Ofset, 2003), Hal. 95
[2]W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung, Refika Aditama, 2002), Hal. 166
[3]Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, {jakarta, Rineka Cipta, 2002), hal. 209
[4]Ibid
[5]Bimo Walgito,Op. Cit, Hal. 96
                [6]DR. W.A. Gerungan, Op. Cit, Hal. 173
[7]Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial suatu pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010), Hal.76
[8]David O. Sears. Dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta, Erlangga, 1994), Hal. 158
[9][7]Bimo Walgito, Op. Cit, Hal. 98 
[10][8] David. O. Sears, Op, Cit. Hal. 155
[11][9] Bimo walgito, Op. Cit, Hal.
[12][10] David. O. Sears, Op. Cit, Hal. 156
[13]Abu Ahmadi dkk, Op-cit, hal. 215
[14]W.A. Gerungan, Op. Cit, Hal. 176

Tidak ada komentar:

Posting Komentar