Jumat, 05 Agustus 2016

fred D. Pasley "Samuel leibowetz : pengacara kaum tertindas"

Samuel Leibowitz sebuah buku yang menceritakan tentang kehidupan seorang pengacara yang idealis pada tahun 1920-an. dia mencoba menyelesaikan kasus dengan cara yang berbeda, bahkan dia berani mengambil kasus yang sudah dianggap tidak mngkin untuk diselesaikan. dalam karirnya sebagai seorang pengacara dia telah menyelamatkan lebih dari 70 orang terdakwa yang akan dihukum mati di kursi listrik.

dalam buku ini dia pernah tergugah untuk menjadi pengacara seseorang yang bernama Harry L. Hoffman yang telah diproses di pengadilan selama 5 tahun, akhirnya dia mengirim sebuah surat dengan kartu pos murahan kepada Leibowitz, dan leibowitz mau membantunya tanpa bayasan apapun. ketika dia didatangi di penjara sing sing, Leibowitz berkata "aku akan membantu dengan bayaran seharga kartu pos yang kau kirimkan."

dalam menyelesaikan kasus-kasusnya Leibowitz akan memainkan peran-peran kecil untuk mengarahkan para juri dan bahkan hakim, sehingga dia bisa merubah aur pikiran mereka dengan gayanya yang begitu embut dan sabar dalam persidangan.

namun sangat disayangkan dalam buku ini kita tidak akan disuguhkan bagaimana dia memainkan perannya dalam menafsirkan pasal-pasal yang berkaitan dengn persidangan tersebut. mungkin ketika kita mendengar nama seorang pengacara, kita akan membayangkan bagaimana dia beretorika dengan penafsiran terhadapap pasal-pasal di dalam undang-undang. namun tiadak dengan buku ini.

Senin, 01 Agustus 2016

MULTATULI "Max Havelaar"

Max Havelaar adalah sebuah buku karangan Eduard Douwes Dekker, mempunyai nama pena Multatuli (aku sudah cukup menderita: latin), yang ditulis pada tahun 1859 di Brussel, Belgia. Max Havelaar mempunyai judul asli ” Max Havelaar, of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy “ atau dalam bahasa Indonesia kira-kira mempunyai arti : Max Havelaar atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda.

serara garis besar buku ini menceritakan tentang seorang Asisten residen di Lebak Rangkasbitung keresidenan Banten yang mencoba melawan arus terhadap pemerintahan Hindia Belanda karena begitu banyak ketimpangan dan penindasaan terhadap pribumi atas nama kekuasaan. ketimpangan dan penindasan ini terjadi karena pemerintah Hindia Belanda mengekploitasi kekayaan Nusantara melalui tangan pribumi yang bisa mereka manfaatkan dan pribumi yang mereka beri kekuasaan ini juga melakukan penindasan terhadap masyarakat yang berada di bawah kekuasaanya.

buku ini menggambarkan beberapa diminsi kehidupan yang berbeda, petama tentang penderitaan oleh pribumi yang ditindas sedemikian rupa, tapi tidak bisa melakukan apapun dan pada akhirnya harus meninggalkan kampung halaman mereka, yang digambarkan melalui kisah saidjah dan adinda dalam buku ini. kedua tentang pengusaha yang hanya ingin memperkaya diri dengan begitu banyak kecurigaan, egois dan hanya memikirkan uang, yang digambarkan melalui tokoh Batavus Droogstoppel sebagai seorang makelar kopi. dan kisah sang Regen yang begitu gila kehormatan walaupun harus menindas bangsanya sendiri.

namun buku ini ditulis dengan alur cerita melompat-lompat (seperti yang diakui oleh penulisnya sendiri) dari satu kisah ke kisah yang lain sehingga pada awalnya akan terasa membosankan dan membingungkan. Multatuli mencoba menjelaskan alasannya menulis dengan alur yang demikian pada akhir ceritanya, namun itu tetap akan memberi kesan mengecewakan pada si pembaca (saya sendiri tentunya). walaupun begitu subtansi yang ingin dicapainya tetap sampai kepada sasaran, buktinya banyaknya kritikan terhadap buku ini dan sampai saat ini telah diterjemahkan kedalam 40 bahasa.
Dan dengan berbekal keyakinan yang termanifestasikan dalam kata-kata “ya, aku bakal dibaca” Multatuli melahirkan karyanya bertajuk Max Havelaar. Novel Max Havelaar karya Multatuli yang diterbitkan pada tahun 1860 ini sangat laris dan menggemparkan daratan Eropa. sudah pasti pemerintah Belanda tak menyukainya, karena melalui Max Xavelaar ini Multatuli membuka “borok” dan mempermalukan pemerintah Hindia Belanda di mata dunia.

padang, 2 agustus 2016
Ashabul Kahfi